Minggu, 17 Agustus 2008

Tentang Rumahku

Sebenarnya, aku merasa cukup puas tinggal di rumahku yang sekarang. Lingkungannya asyik, bersih, tenang, jarang 'orang aneh' lewat. Jalanan depan rumah cuma rame pada saat jam masuk atau jam pulang sekolah. Jalannya juga bagus dan lebar- salah satu hal yang bikin aku jadi brani mnjajal kemampuan menyetirku-. Kalo liat jaraknya dengan pos satpam, cukup amanlah, walaupun menurut desas desus telah terjadi bbrp kejadian pencurian di sini, tapi sampai saat ini sih, feel safe enough lah.belum lagi, jarak ke sekolah anak-anak deket, bahkan fasilitas pelayanan mulai dari mal, bank rumah sakit, masih terhitung sangat dkat. satu lagi, semua orang kenal semua orang di sini.. maksudnya kalo aku jalan k mal, gereja atau rumah sakit, pasti ada aja yang aku kenal. jaman belum bisa nyetir, ada aja tuh yang ngajakin nebeng,,:P asik ya.
Kira kira satu stengah tahun yang lalu, abangku no 3, datang ke sini. terus sebagai tulang yang baik, dia mengantarkan anak2 ke sekolah,karena dekat, jalan kaki dong. Jarak dari rumahku ke sekolah paling skitar 500m, dan berada pada garis yang sama, walaupun nama jalannya sudah berbeda.
Hari itu, dia menunjukkan kekurangan dari perumahan ini 'ini perumahan bagus bagus kok ga pedestarian safe sih'.Aku baru sadar. Depan rumahku ga ada trotoarnya, padahal jalannya terdiri dari 2 jalur dan lebar jalannya muat untuk 2 mobil pada tiap jalur. jadi jalan besar
dong. di luar pagar setiap rumah ada sedikit tanah berumput yang ditanam sebuah pohon dan dirawat oleh pengembang. Jadi tanah itu tidak bisa di lewati
pejalan kaki. akhirnya pejalan kaki harus berjalan di jalan mobil. aku baru sadar, betapa kejamnya perumahan ini terhadap pejalan kaki. tapi waktu itu,
anak-anak tidak ada yang sekolah pagi, dan hujan jarang terjadi di sini belumlagi kebanyakan kavling belum dibangun saat itu, jadi masalah trotoar ini ga
terlalu berpengaruh buatku. dan seperti manusaia lainnya, akhirnya perkataan abangku itu pun terlupakan.
Tahun, ini Nico masuk SD dan Arthur naik ke K3 *TKB*, keduaduanya masuk jam 7 pagi. Dua hari yang lalu, hujan turun mulai malam hari sampai pagi. saat
waktu nya anak-anak harus pergi sekolah, hujan belum reda juga. gerimis. terpaksa kuambil kunci mobil, biasanya anak-anak diantar ayahnya. begitu keluar
pintu... waduuuh macetnya sudah sampai di depan rumah. ga beres nih. terpaksa kuambil payung dan meminta mba memakaikan jas hujan buat nico. untung
arthur sedang tidak sekolah hari itu, ia sakit. kami berdua jalan kaki ke sekolah. jalannya becek, bajuku jadi kotor, biar udah tua gini emang cara jalanku
gabanyak berubah. belum lagi aku rebutan jalan sama mobil, itulah yang bikin aku khawatir kalo mba yang nganter sekolah pagi, serem, mobilnya
kenceng-kenceng. maklum sopir yang bawa, mentalnya mental metromini lagi. di situ baru akumerasa sebal karena ketiadaan trotoar di sini. bener-bener dh.
padahal promonya piccadilly *nama clusterku* 'anak-anak jadi mandiri ke sekolah'. Mana ada orang tua yang cukup gila membiarkan anaknya pergi sendiri ke
sekolah kalo begitu keadaannya? di mana aspek keamanan buat anak-anak kalau tempat berjalan kaki ke arah sekolah aja ga ada?
Padahal mulai tahun lalu sekolah sedang menganjurkan anak-anaka yang rumahnya dekat dengan sekolah untuk pergi ke sekolah tanpa kendaraan bermotor,
jadi anak2 dianjurkan berjalan kaki atau bersepeda ke sekolah. Tadinya aku stuju, toh emang tujuan pindah ke dekats sekolah kan emang itu, tapi kalo bgini
keadaannya, ga deh. bahaya buat anak-anak.satu lagi yang bikin tambah kesel, rumah ku sejajar dengan seorang petinggi lippo cikarang, pengembang perumahan kami. saya baru sadar kalo pak endang
memperluas bagian taman rumahnya, sehingga bagian yang harusnya merupakan jalan rumput umum akhirnya menjadi bagian dari halamannya ytang asri. itu
juga yang membuat aku dan nico semakin sulit berjalan menuju sekolah di tengah gerimis. gimana keadaan di sekitar rumah kalian? apakan pengembang cukup bijak dengan menyediakan trotoar?

2 komentar:

Mita mengatakan...

kamu sekarang tinggal di cikarang?
rumahku malah gak keurus un, bingung deh mo diapain. mo dijual sayang, mo disewain lagi juga ribet urusannya, huah.

mita.

uni mengatakan...

iya mit,aku udah dua tahun lebih di cikarang. emang ribet punya rumah yang ga ditempati. cari yang ngurusin jg blm tentu bisa dipercaya. tapi mending disewain kali mit, ga ditempati jg rumah jadi rusak lho.